Minggu, 16 September 2012

Metode Pengajaran


Metode Pengajaran

Penemuan Pembelajaran Yang Dipandu (Guided Discovery Teaching)
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, isi-isi tentang pengajaran dapat disampaikan dengan atau tanpa petunjuk/panduan dari guru. Dalam pengajaran penemuan yang dipandu, peran dari seorang guru itu adalah penting. Ia memandu para siswanya, membantu mereka di dalam peran apapun yang mereka mainkan dan pada waktu yang sama, berusaha untuk memfasilitasi mereka sedekian mungkin untuk memudahkan pelajaran. Namun, ia harus ingat bahwa pemilihan metodanya itu mestinya tidak harus sesuai dengan gaya pengajaran tertentu tetapi juga harus disesuaikan dengan para siswanya. Metoda tertentu bisa saja "benar" untuk pelajaran tertentu tergantung pada banyak hal, dan di antaranya adalah usia dan pengembangan tingkat para siswa, sasaran dari pelajaran, waktu, lokasi, sumber daya material dan pengaturan secara fisik.

Pengajaran penemuan yang dipandu tidak berarti para siswa tidak diberi kebebasan untuk mempelajari atau untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapat-pendapat di dalam proses kbm. Dari pengajaran penemuan yang dipandu adalah hanyalah untuk memudahkan proses pembelajaran dan untuk menciptakan ketertarikan siswa terhadap sebuah materi pelajaram. Beberapa metoda-metoda pengajaran cocok untuk pendekatan pengajaran penemuan yang dipandu dengan singkat dijelaskan sebagai berikut:

(a) Metode Diskusi dan debat (Discussion and Debating Methods)
Di dalam metoda diskusi, para siswa diberi satu atau beberapa topik-topik untuk dibahas atau diperdebatkan. Pertanyaan-pertanyaan dilontarkan ke ”floor” (siswa). Pertanyaan-pertanyaan itu dibahas dan akan menjadi baik dan buruk untuk mereka. Setuju, tidak setuju, perselisihan paham atau pendapat tertentu tidak penting. Mereka harus mengambil pertanyaan-pertanyaan itu sebagai tantangan-tantangan atau demi pengetahuan mereka.
Supaya metoda ini berhasil, para guru harus mempersiapkan rencana pelajaran dengan seksama. Ia harus memastikan akan jalannya diskusi akan lancar dan tidak kehilangan topik. Metoda diskusi bervariasi dari guru sebagai pusat ke siswa sebagai pusat, permainan peran, wawancara-wawancara, pengungkapan pendapat, tinjauan ulang, debat-debat, sampai konferensi-konferensi adalah contoh-contoh dari metoda diskusi.

Tujuan diskusi adalah untuk memperoleh atau untuk mendapatkan informasi. Diskusi memerlukan keterlibatan kreatif dan aktif dari para siswa. Mereka harus mendengar sampai habis (secara keseluruhan) segala sesuatu yang sedang dikatakan (berlangsung). Diskusi melibatkan kelompok kecil para siswa dan memerlukan pertimbangan waktu. Berikut adalah sebagian dari keuntungan dari metoda (diskusi):

1. Sumber-sumber dari ide-ide dan pengalaman-pengalaman dari kelompok dapat dikumpulkan.
2. Keefektifan Diskusi setelah suatu presentasi, film atau pengalaman dapat dianalisa.
3. Memberikan kesempatan/membiarkan setiap orang untuk mengambil bagian.
4. Para siswa dengan aktip dilibatkan.
5. Keberadaan dari pemikiran yang mendalam.
6. Minat siswa dikembangkan dan dipelihara.

Namun demikian, Metoda diskusi ini mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan, diantaranya adalah:
Tidak praktis jika siswa melebihi dari dua puluh. Beberapa orang akan mendominasi, Memakan Waktu, dan dapat keluar dari jalur.

Komentar
Muhibbin Syah, mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

1. Mendorong siswa berpikir kritis.
2. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
3. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
1. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahana di atas, peranan guru dalam metode ini yang harus dijalankan adalah :
1. Menjaga jangan sampai pembicaraan nyeleweng.;
2. Semua anggota harus aktif berpartisipasi;
3. Yang pemalu agar dibimbing agar ikut;
4. Menjamin tata tertib;
5. Jangan sampai suasana jadi tegang;
6. Murid-murid harus mengerti masalahnya; dan
7. Harus dapat menyimpulkan.

(b) Metoda Pengungkapan pendapat (Brainstorming Method)
Pendekatan pengungkapan pendapat membiarkan pemikiran kreatif untuk ide-ide yang baru. Para siswa didorong untuk mengambil bagian secara penuh karena semua ide secara merata dicatat/direkam. Metoda ini menggambarkan pengetahuan dan pengalaman kelompok. Di dalam metoda pengungkapan pendapat, roh kebersamaan diciptakan. Biasanya satu ide yang diusulkan oleh perorangan dapat mencetuskan ide-ide lain. Sebenarnya, sasaran keseluruhan dari metoda ini datang bersama ide-ide yang baru atau kombinasi dari ide-ide yang baru.
Untuk memulai sesi pengungkapan pendapat, para guru harus memunculkan atau memilih satu isue untuk dibahas, prosedur-prosedur untuk diikuti. Namun, mereka harus siap adanya campur tangan ketika proses berlangsung dengan tanpa perasaan menjatuhkan pendapat mereka. Sesi itu akan berjalan dengan lancar jika langkah-langkah berikut dipertahankan:
1) Semua ide-ide disambut.
2) Para siswa tidak diizinkan mengkritik setiap ide yang dikemukakan.
Kekuatan metoda pengungkapan pendapat datang berupa :
Latihan Mendengarkan yang membiarkan pemikiran kreatif untuk ide-ide yang baru. Memberi harapan penuh terhadap keikutsertaan para siswa karena semua ide disambut. Menggambarkan pengetahuan dan pengalaman kelompok. Menciptakan roh kebersamaan.

Komentar
Dalam metode ini para siswa dibiarkan untuk mengeksplorasi apa yang ada dalam pikiran mereka. Para siswa diberi kebebasan dalam hal mengungkapkan pendapat. Namun, kelemahan metoda ini kalau tidak dipandu akan menghasilkan kericuhan bahkan perkelahian.

(c) Metode Pembelajaran Kebersamaan / Kerja Kelompok (Collaborative/Cooperative Learning)
Metode Pembelajaran kolaboratif adalah suatu metoda tentang KBM di mana para siswa dikelompokkan bersama-sama untuk menjelajah suatu pertanyaan yang penting atau menciptakan suatu proyek yang penuh arti. Pelajaran kebersamaan adalah semacam pelajaran kolaboratif yang spesifik. Di dalam pelajaran kebersamaan, para guru harus memutuskan ketrampilan-ketrampilan atau pengetahuan apa untuk dipelajari oleh para siswa, dan para guru harus mengatakan kepada para siswanya bagaimana caranya bekerja sama di dalam kelompok-kelompok kecil di suatu aktivitas yang tersusun. Pada waktu yang sama, para guru memutuskan ketrampilan-ketrampilan atau pengetahuan untuk diajarkan dan mereka harus membuat dasar yang perlu untuk mempersiapkan para siswa untuk belajar bagaimana caranya bekerja dalam kelompok-kelompok. Para siswa juga, yang berada dalam kelompok, bertanggung jawab atas pekerjaan mereka dan pekerjaan dari keseluruhan kelompok secara menyeluruh. kelompok kerjasama bekerja “face to face” dan belajar untuk bekerja sebagai suatu regu.
Ada empat hal yang perlu diperhatikan, supaya pelajaran kerjasama berlangsung :
1) Para siswa perlu untuk merasa aman, tetapi juga tertantang.
2) Diperlukan kelompok-kelompok kecil, sehingga setiap orang dapat memberikan kontribusi.
3) Tugas-tugas diberikan kepada para siswa harus tergambar jelas.
4) Setiap orang di dalam kelompok itu harus menghormati satu sama lain.
Namun seperti halnya metoda-metoda yang lain, metoda pelajaran kerjasama mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya sebagai berikut :
1. Dengan metode ini, ada beberapa siswa tidak bekerja dengan baik. Siswa-siswa) Penyendiri menemukan kesulitan untuk berbagi / ikut berpartisipasi di dalam diskusi.
2. Sementara Para siswa agresif mencoba untuk mendominasi kelompok.
3. Para siswa cerdas cenderung untuk berbuat sebagai ”superior” (cenderung mendominasi).
Terlepas dari kekurangan-kekurangan di atas, metoda ini mengajarkan kepada siswa nilai-nilai seperti:
(1) Bantu-membantu saling tanggung jawab secara timbal balik;
(2) Siswa belajar untuk sabar; lebih sedikit kritis dan lebih berbelas kasih; dan
(3) toleran kepada satu sama lain.

Komentar
Metoda Belajar Bersama adalah salah satu dari yang paling luar biasa dan merupakan wilayah yang subur teori, riset, dan praktek pendidikan. Cooperative learning ada ketika para siswa bekerja sama untuk memenuhi tujuan belajar bersama ( Johnson& Johnson, 1999). Masing-Masing siswa kemudian bisa mencapai tujuan belajar bersamanya jika dan hanya jika anggota kelompok lain mencapai milik mereka ( Deutsch, 1962). Metoda ini sangat efektif digunakan dalam semua mata pelajaran.

Keunggulan metode kerja kelompok ini adalah :
1. Ditinjau dari segi paedagogis; kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa, seperti; adanya kerjasama, toleransi, berpikir kritis, disiplin, dan sebagainya;
2. Ditinjau dari segi psikologis; timbul persaingan yang positif antar kelompok karena mereka bekerja pada masing-masing kelompok;
3. Ditinjau dari segi sosial; anak yang pandai dalam kelompok tersebut dapat membantu anak yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas.

(d) Metoda Eksperimen (Experimental Method)
Sebuah eksperimen adalah suatu metoda yang biasanya digunakan di suatu pelajaran sain. Di dalam eksperimen, pengujian hipotesis melalui penyelidikan-penyelidikan mereka sendiri untuk menemukan konsep-konsep sain spesifik dan prinsip-prinsip. Melaksanakan satu eksperimen menyangkut pemikiran, keterampilan-keterampilan teknis, keterampilan ilmiah dan keterampilan untuk ”memanipulasi”. Proses-proses ilmiah memerlukan sistematis, objektif, kreatif, kritis, analitis dan pemikiran rasional. Para ilmuwan meneliti gejala tertentu dan berusaha untuk mendapatkan hasil-hasil yang diperlukan.
Keberhasilan eksperimen-eksperimen ini semata-mata berada di tangan guru, di dalam perencanaan dan memanage aktivitas laboratorium. Tujuan-tujuan aktivitas bersifat percobaan ini untuk memperkuat pelajaran konsep-konsep yang sebelumnya telah di pelajari di dalam kelas.
Sebaliknya, Keterampilan-keterampilan manipulatip, adalah keterampilan-keterampilan yang diperoleh ketika menggunakan object ilmiah, seperti pelajaran bagaimana caranya menggunakan berbagai object dan teknik-teknik mereka di dalam laboratorium, menempatkan object dalam suatu wujud yang benar sebaik mungkin diperhatikan demi keselamatan siswa itu.
Di dalam metode percobaan, point-point berikut ditekankan:

1) Waktu yang diberikan untuk melengkapi eksperimen.
2) cara-cara untuk melakukan eksperimen.
3) Berbagai kesulitan akan ditemukan selagi melakukan eksperimen.
4) Poin-poin penting perlu ditekankan.
5) Konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan penting segera disampaikan.
6) Metoda-metoda pengumpulan data dan diskusi.
7) Keselamatan.
Keberhasilan dari metode percobaan bergantung pada:
1) Tingkat kesulitan-kesulitan dari eksperimen tersebut.
2) Seringnya pelaksanakan eksperimen itu.

Komentar
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000). Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
1. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
2. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
3. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
1. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan itu. Dengan eksperimen kita bisa memperoleh jawaban tentang : Bagaimana kita tahu bahwa itu benar? Cara manakah yang merupakan cara terbaik? Apakah yang akan terjadi? Terdiri dari bahan apa? Pelaksanaan metode ini dapat dilaksanakan didalam kelas maupun tempat khusus yang memang diperuntukkan sebagai pelaksanaan eksperimen/demonstrasi (laboratorium).Di dalam pelaksanaannya metode eksperimen dapat dirangkaikan dengan demonstrasi.

Keuntungan sebuah metode demontrasi.
1. Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati seperlunya. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain.
2. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca di dalam buku, karena siswa telah mempenoleh gambaran yang jelas dan hasil pengamatannya.
3. Bila siswa turut aktif bereksperimen, maka siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-teman dan gurunya.
4. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi/eksperimen.

Kelemahan metode demonstrasi.
1. Daya tangkap setiap siswa berbeda, sehingga guru harus mengulang-ulang suatu bagian yang sama agar siswa dapat mengikuti pelajaran.
2. Waktu yang diperlukan untuk proses belajar mengajar akan lebih lama dibandingkan dengan metode ceramah.
3. Demonstrasi akan menjadi metode yang kurang baik apabila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu kecil atau penjelasan-penjelasan yang tidak jelas.
4. Demonstrasi menjadi tidak efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga.
5. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat yang sangat besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas, atau bahan-bahan yang tidak berwujud misalnya gas freon.
6. Kadang-kadang, bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan, siswa melihat suatu proses yang berlainan dengan proses jika berada dalam situasi yang sebenarnya.

Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen.
1. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan-tujuan pelajaran pada siswa,sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen.
2. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkahyang dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalameksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perludikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat.
3. Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan.
4. Setelah eksperimen selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.

(e) Metode Permainan (Game Method)
Tujuan utama Metode Permainan adalah untuk menciptakan kesenangan dan ketertarikan akan proses pelajaran. Permainan-permainan tertentu membantu di dalam hal-hal pelajaran tertentu, dengan demikian, mereka mendapat pengalaman-pengalaman manis /menyenangkan. Permainan-permainan menghasilkan kompetisi dan juga tantangan-tantangan. Metoda ini mengurangi sifat kelas yang monoton dan membosankan. Permainan-permainan juga menciptakan kesenangan, peningkatan-peningkatan dayatarik kelas secara penuh dan membantu menyenangi minat pada pelajaran. Beberapa permainan, seperti catur, menanamkan kesabaran dan toleransi.

Peran guru di dalam metoda ini dapat kelihatan dalam bentuk berikut:

1. Memutuskan bentuk yang benar dari permainan-permainan yang akan dimainkan dan pantas tidaknya permainan itu.
2. Memaksimalkan keikutsertaan siswa.
3. Membuat para siswa merealisasikan aturan-aturan dan sesuai perintah.
4. Dimainkan dengan kewajaran dan kendali.
5. Menyatakan dengan jelas jenis hadiah (bila ada) untuk diberikan kepada pemenang.
Beberapa permainan yang umum dimainkan di sekolah-sekolah seperti:
1) Berburu Binatang Pemakan Bangkai.
2) Sebut Flag itu! Dan kamu dapat memenangkannya!
3) Permainan-permainan Identifikasi.
4) Permainan-permainan Abjad.
5) Permainan-permainan Geografi.

Komentar
Komentar yang menarik tentang metoda permainan, adalah sebagai mana yang disampaikan oleh Dave Meier, sebagai berikut :
Jika permainan menghasilkan pembelajaran yang meningkat dan prestasi kerja yang membaik, gunakanlah. Jika tidak, jangan.

Komentar Umum
Penemuan Yang dipandu mempunyai suatu dampak pada pelajaran anak-anak. Anak-Anak akan tertarik akan material kelas dan belajar bagaimana cara menggunakannya dengan kreatif di (dalam) pekerjaan akademis mereka. Mereka mempunyai peluang untuk meregang pemikiran mereka dan pekerjaan dengan bebas. Barangkali yang paling penting, anak-anak adalah sebagai pusat proses itu. Tiap-Tiap aspek/pengarah dari Penemuan Dipandu mendorong anak-anak untuk menawarkan gagasan, mematuhinya, dan berbagi hasil dari pekerjaan mereka dengan yang lain, yang merangsang semua orang berpikir tentang penggunaan masa depan material.


9.4.3 Pengajaran Penemuan Murni (Pure Discovery Teaching)
Seperti inquiri, penemuan menekankan belajar melalui pengalaman-pengalaman. Penemuan adalah inti dalam penyelidikan (inquiri) dan terjadi ketika konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama dari ilmu pengetahuan dan teknologi diselidiki dan ditemukan oleh para siswa itu sendiri. Sebagian dari metoda pengajaran berhubungan dengan pendekatan pengajaran penemuan murni adalah seperti tersebut di bawah ini:

(a) Metode Penyelidikan/Inquiry (Inquiry Method)
Tujuan dari metoda inquiri adalah untuk membantu para siswa percaya diri, untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang penting melalui jawaban-jawaban yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka sendiri untuk menunjukkan ketertarikan mereka. Sebagai contoh, ketika metoda penyelidikan digunakan, para siswa tidak hanya mengenal gejala atau pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman tetapi mereka juga mengenal bagaimana proses bekerja. Pada dasarnya, para siswa sedang memperoleh pemikiran yang tidak disadari (reflek).
Metoda inquiri menanamkan kemampuan pembelajaran para siswa dan pada waktu yang sama, konsep-konsep yang sudah mereka pelajari akan jauh lebih jelas, berfungsi dan abadi.
Berikut adalah sebagian dari ide yang dikemukakan oleh berbagai peneliti-peneliti tentang metoda-metoda pengajaran.
Martin (1972), berpendapat bahwa metoda inquiri di dalam ilmu pengetahuan akan membawa kepada penemuan. Para siswa, ketika menggunakan metoda atas keinginan mereka sendiri menghasilkan penemuan ilmiah atau keterangan empiris untuk memperkuat penemuan mereka.
Dyer (1979), mengusulkan empat langkah-langkah di dalam metoda inquiri, yaitu :
1) Identifikasi lingkup masalah.
2) Pengembangan dari hipotesis.
3) Eksperimen empiris.
4) ?


Komentar
1. Metode ini menekankan pada penemuan dan pemecahan masalah secara berkelanjutan. Kelebihan metode ini mendorong siswa berpikir secara ilmiah, kreatif, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka. Kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua materi pelajaran mengandung masalah, memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, dan tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.
2. Metoda Inquiry ditemukan oleh Postman dan Weingartner's. Keberhasilan dari metoda ini menurut Postman dan Weingartner, 31–33), adalah tergantung pada:
• Kercayaan diri yang ada dalam kemampuan belajar mereka.
• Kesenangan di memecahkan masalah
• Ketekunan
• Kepercayaan pada pertimbangan mereka sendiri di atas orang lain atau masyarakat
• Tidak memTentu saja tidak! menjadi salah
• Tidak tergesa-gesa dalam menjawab.
• Fleksibilitas
• Rasa hormat terhadap fakta, dan kemampuan untuk membedakan antara fakta dan pendapat
3. Postman dan Weingartner menyatakan bahwa dalam inquiry para guru mempunyai karakteristik sebagai berikut ( pp. 34–37):
* Mereka menghindari menceritakan para siswa apa yang mereka " seharusnya mengetahui".
* Mereka berbicara dengan para siswa dengan pertanyaan-pertanyaan. dan terutama dengan meminta pertanyaan menyimpang.
* Mereka mendorong para siswa untuk saling berhubungan secara langsung dengan satu sama lain, dan menghindari menghakimi apa yang dikatakan siswa yang berinteraksi.
* Mereka tidak meringkas diskusi siswa.
* Mereka tidak merencanakan arah yang tepat daripelajaran mereka ke depan, dan mengijinkannya untuk mengembangkan sebagai respons atas minat siswa.
* Pelajaran mereka melontarkan permasalahan ke para siswa.
* Mereka mengukur sukses mereka oleh perubahan perkembangan perilaku inquiri siswa (atas karakteristik " pelajar baik" sebagai tujuan).

(b) Metoda Problem-solving (Problem-solving Method)
Metoda ini berasumsi bahwa keberadaan dari suatu masalah, harus diselesaikan dengan ramah. Sebagai contoh, jika ada suatu masalah, apa yang kita lakukan? Apakah kita membiarkannya sebagaimana adanya? Atau apakah kita mencoba untuk menemukan jalan keluar; pemecahan untuk memecahkannya? Langkah-langkah yang perlu kita ambil adalah:
1) pahami masalah;
2) pikirkan suatu rencana;
3) selesaikan rencana; dan
4) evaluasi jalan keluar; pemecahan.
Untuk langkah yang pertama, para guru perlu untuk mengidentifikasi masalah, diketahui atau tidak diketahui. Apakah kita dipinta untuk memecahkan? Permasalahan di dalam matematika berbeda untuk pemecahan tersebut di dalam ilmu pengetahuan atau di dalam ilmu-ilmu sosial. pengalaman-pengalaman dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan Para siswa juga berbeda di dalam gaya mereka atau dalam gaya belajar mereka. Karenanya, suatu metoda yang ditemukan dan itu harus mengakomodasi permasalahan yang ada.
Jika masalah itu sudah tidak asing lagi bagi kita, kita perlu untuk menggambarkannya atau mungkin kita ingin membuat asumsi-asumsi tentang hal tersebut. Atau mungkin kita ingin menggunakan pengetahuan atau pengalaman-pengalaman kita sebelumnya untuk menyelesaikan hal itu.
Yang kedua, ketika memikirkan suatu rencana, di serangan, kita dapat mensketsa suatu gambar, suatu diagram atau suatu meta pikiran dalam masalah tertentu. Pada waktu yang sama kita dapat menentukan kerangka operasional: hal ini harus menjadi cara untuk memecahkan masalah. Kita juga dapat mengambil suatu resiko, dalam harapan-harapan langkah-langkah yang kita merencanakan itu akan membuktikan penuh keberhasilan."Behold the turtle, for he does not move forward without sticking out his neck"

Yang ke tiga, kita menyelesaikan rencana yang kita sudah memikirkan. Kita menulis langkah-langkah, satu demi satu; berturut-turut. Ketika langkah-langkah ini sudah siap untuk diterapkan, kita dapat memulai rencana-rencana kita.
Akhirnya, kita dapat mengenal hasil dari rencana kita. Apakah ini pemecahan masalah? Apakah dapat dicapai? Jika itu bekerja, sebagai seorang guru, kita mungkin mengira disenangkan dengan apa [yang] kita sudah lakukan. Dengan kata lain, kita sudah meraih dan dengan penuh harapan, para siswa kita sudah mempelajari sesuatu.
Para guru harus memahami bahwa metodologi memecahkan masalah perlu untuk disusun, direncanakan dan diterapkan. Di waktu yang sama, ia memerlukan kesabaran, pengetahuan dan ketekunan anda. Metoda ini juga dihubungkan dengan aktivitas lain di dalam kelas, seperti diskusi, pengungkapan pendapat, pengamatan, dan kerjasama di antara para siswa dan guru kelas.

Komentar
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Menurut S. Nasution,metode problem solving dapat digunakan dalam berbagai lapangan pelajaran seperti sejarah, biologi, bahasa, matematika, dan sebagainya.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
8.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

(c) Metoda Kerja Lapangan (Field Work Method)
Metoda ini adalah satu metoda pembelajaran yang menarik. Para siswa pergi ke "lapangan" untuk bekerja. Mereka diberi suatu proyek dimulai dengan: melakukan satu eksperimen, melakukan beberapa pekerjaan survei, ikut serta dalam kerja kelompok, mengamati kelompok orang di tempat kerja atau menulis laporan tentang perjalanan-perjalanan mereka. Tujuan utama dari metoda ini adalah untuk memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk mencapai pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman yang mereka sendiri tidak memperolehnya di dalam kelas.
Hasil dari lapangan bergantung pada beberapa faktor. seperti:
1. Perencanaan yang cocok dalam kaitan dengan menggunakan prosedur-prosedur dan pengelolaan;
2. Sasaran dari kerja lapangan;
3. Maksud dan tujuan;
4. Kelayakan riset atau studi;
5. Tanggung jawab siswa; dan
6. Hasil dari studi lapangan dan rekomendasi.
Metoda ini dapat diterapkan bersama dengan ceramah kuliah, diskusi, pertanyaan dan metodologi survei. Pengalaman Para guru harus dapat menentukan metoda-metoda yang perlu untuk dikaitkan dengan metoda kerja lapangan.


Kelebihan metode Kerja Lapangan sebagai berikut :
1. Kerja Lapangan menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
3. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode Kerja Lapangan sebagai berikut :
1. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
2. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
3. Dalam Kerja Lapangan sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
4. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
5. Biayanya cukup mahal.
6. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran Kerja Lapangan dan keselamatan anak didik, terutama Kerja Lapangan jangka panjang dan jauh.

(d) Metoda Eksplorasi (Exploration Method)
Metoda ini mencoba untuk menaikkan tingkat penemuan pelajaran dan eksplorasi melalui siswa. Peran dari guru itu untuk memudahkan pelajaran. Ia mungkin dapat mulai dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: bagaimana caranya memulai, apa yang harus dicari dan langkah-langkah apa yang harus diikuti? Para siswa, dalam sisi lain, diberi pilihan untuk menggunakan metoda dan teknik apapun juga. Melalui inisiatifnya, seorang siswa akan mampu menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Apa sesuatu itu dan apa yang mereka kerjakan? Ini adalah beberapa pertanyaan yang mereka inginkan untuk diajukan kepada mereka sendiri. Metoda ini membantu para siswa menjadi ingin tahu tentang sesuatu sekitar mereka, untuk mengetes sesuatu melalui uji coba dan mendapatkan kebebasan penyelidikan. Ketika melakukan, mereka belajar sesuatu yang ada pada mereka dan pembelajaran yang berlangsung dengan seketika.

Dalam rangka mempercepat pembelajaran, peran guru adalah :
- mempersiapkan kerja dasar.
- memberikan waktu cukup, kebebasan dan ruang.
- membantu bagaimana pun juga.
- meminimalkan masalah-masalah yang muncul.
Metoda lain yang mempunyai penutup yang sama dengan metoda eksplorasi adalah metoda inquiri, problem solving, belajar bersama (jika aktif di dalam kelompok) dan metoda permainan.

Aktivitas 9.4
Dalam pasal ini, pendekatan pembelajaran adalah dikatagorikan juga sebagai ”direct teaching”, guided discovery teaching”, atau ”pure discovery teaching”. Dalam pengalaman anda, dapatkah anda mengingat pendekatan mana yang benar-benar bekerja untuk pengajaran para siswa yang berkemampuan rendah, siswa yang berkemampuan pertengahan dan siswa yang berkemampuan tinggi?

9.5 Rencana Pembelajaran (Lesson Plan)
Empat unsur dari KBM ini diambil dari model MURE, yaitu motivasi (motivation), pemahaman (understanding), penguatan (reinforcement), dan evaluasi (evaluation). Model PCK ini akan menuntun kita untuk memilih pendekatan pembelajaran, metoda-metoda, tehnik-tehnik, dan isi/materi-materi yang pantas berdasarkan pokok materi (subject matter) dan pengetahuan pendidikan serta pengetahuan tentang siswa dan kurikulum kita. Langkah selanjutnya adalah merancang rencana pembelajaran, yang mana berupa seperangkat detil rancangan pembelajaran yang baik dan aktivitas pembelajaran. Sebuah rencana pembelajaran yang baik akan membantu guru untuk melakukan pengajaran dan juga akan membantu para pelajar untuk mencapai dan mendapatkan (menguasai) hasil belajar (outcome).

Rencana Pembelajaran biasanya meliputi empat bagian, yaitu:
* Informasi jadwal pembelajaran (kelas, hari, tanggal, waktu, subjek).informasi topik ( topik dan tujuan, hasil belajar, nilai moral, pendekatan dan metode pembelajaran.
* Langkah-langkah pembelajaran (motivasi, pengetahuan dasar / keahlian, konsep-konsep bersama dengan isi/ alat pembelajaran/aktivitas/contoh-contoh;latihan-latihan; kesimpulan; dan pekerrjaan rumah); dan referensi.

Contoh dari rencana pembelajaran adalah disampaikan dalam gambar 9.3
Gambar 93: Contoh dari Rencana Pelajaran

Rencana Pelajaran
Kelas
Hari
Tanggal
Waktu
Hal
3COM
Selasa
15/3/05
730 -810 pagi.
Matematika
Topik
Kecepatan
Sasaran(gol)

Hasil Belajar
Nilai moral
Para siswa harus dapat menggambarkan kecepatan dan kecepatan seragam.
Pada akhir pelajaran, para siswa harus bisa:
a) Menggambarkan kecepatan dan kecepatan seragam; dan
b) Hitung kecepatan dan kecepatan seragam.
Respek terhadap batasan kecepatan.
Pendekatan Metoda
Pengajaran
Penemuan dipandu
a)Diskusi.
b)Pertanyaan.
c)Brainstorming.
Langkah-langkah Mengajar
1. Motivasi
a) Isi: Memotivasi para siswa untuk memperhatikan topik (pembahasan).
b) Alat bantu pengajaran: Suatu gambar dari suatu kecelakaan di jalan raya yang fatal.
c) Activitas: diskusi pendek tentang kecelakaan di jalan raya.
2. Pengetahuan Dasar dan ketrampilan-ketrampilan
a) Isi: Jarak dan unit nya di KM dan meter. Waktu dan unit nya di dalam jam dan menit. Konsep dan perhitungan rata-rata.
b) Alat bantu pengajaran: penggaris.
c) Activitas: Diskusi pendek pada jarak dan waktu, dan bagaimana cara mengukurnya.
d) Latihan: Tunjukkan penggaris meter dan menyilahkan para siswa menghubungkan berapa jauh 1 KM.
3. Konsep dari kecepatan dan definisi
(a) Isi: Kecepatan adalah jarak rata-rata yang dicakup oleh suatu pergerakan obyek dalam satu unit waktu.
(b) Alat bantu pengajaran: Suatu gambar berupa mobil balap F1.
(c) Activitas: Mendiskusikan, menggunakan data kecepatan mobil balap F1 mencakup jarak dan waktu yang diambil untuk menyelesaikan satu putaran dari suatu sirkuit.
(d) latihan: persilahkan para siswa menemukan jarak rata-rata yang mencakup per menit.. Biarkan mereka menghitung jarak rata-rata per jam.
(e) Aktivitas: Beri definisi kecepatan. Para siswa dibiarkan menemukan formula untuk kecepatan.

4. Contoh dari kecepatan yang seragam
(a) Isi: Kecepatan yang seragam dan contoh.
(b) Alat bantu pengajaran: Suatu meja yang mempertunjukkan jarak dan waktu.


(c)Aktivitas: biarkan para siswa menghitung kecepatan untuk masing-masing dari jarak yang ditempuh. persilahkan mereka membuat suatu kesimpulan sekitar kecepatan-kecepatan.
(d)latihan: Silahkan para siswa menemukan waktu itu untuk menempuh jarak 250 KM.
(e)Aktivitas: Para siswa dibiarkan menggambarkan kecepatan yang seragam.

5. Nilai moral
(a)Isi: Menghargai terhadap batasan kecepatan.
(b)Alat bantu pengajaran: Suatu gambar dari suatu kecelakaan di jalan raya yang fatal.
(c)Activitas: Para siswa dibiarkan brainstorm di semua yang mungkin menyebabkan kecelakaan di jalan raya. Dapatkah kecepatan adalah satu dari sebab kecelakaan? Para siswa dibiarkan menafsirkan semboyan "Menghargai pembatasan kecepatan ". Apakah mereka menyetujui semboyan tersebut?

6. Kesimpulan
Guru dapat meminta kepada para siswa untuk menyatakan poin-poin penting dari pelajaran.
7. Pekerjaan rumah
Guru memberi pekerjaan rumah atas pertanyaan-pertanyaan yang terkait dari dokumen pengujian PMR masa lampau.

Acuan

(a) Lee Hong Eng. (1988). Matematik Moden SRP. Petaling Jaya: Penerbitan Preston Sdn, Bhd.
(b) Mohammad Khairuddin Yahya, Ibrahim Md. Noh & K. H. Low. (1989). Matematik Tingkatan 1KBSM. Kuala Lumpur: Berita Publishing Sdn. Bhd.



RINGKASAN
Anda telah ditunjukkan berbagai metoda-metoda pengajaran di dalam pokok area/specialisasi masing-masing mereka, seperti TESL, matematika, ilmu pengetahuan dan rancang-bangun. Tujuan utama dari bab/topic ini adalah untuk memberi suatu ringkasan dari metoda-metoda pengajaran yang mencakup di dalam kursus-kursus yang sebelumnya, dan mungkin dengan beberapa tambahan metoda-metoda pengajaran. Pasal ini mulai dengan pendekatan pengajaran menguraikan, metoda dan teknik; dan diikuti oleh model MURE yang menjelaskan beberapa unsur-unsur KBM, yakni motivasi, pemahaman, penguatan dan evaluasi. Pasal lalu menyarankan bagaimana model PCK dapat digunakan oleh para guru untuk mencapai unsur "pemahaman" melalui amalgam dari pokok materi dan pengetahuan pendidikan dan pengetahuan tentang para siswa dan silabus. Sisa dari pasal ini menggambarkan berbagai metoda-metoda pengajaran yang dapat dihargai/dihormati sebagai "pengetahuan pedagogi" bagi kita untuk dipertimbangkan;. Akhirnya, pasal ini mencakup suatu rencana pelajaran singkat sebagai satu contoh dari bagaimana kita bisa memilih dan menerapkan pendekatan pengajaran, metoda-metoda dan teknik-teknik.
Penemuan Yang dipandu adalah suatu strategi pengajaran yang digunakan untuk memperkenalkan materi di (dalam) kelas. Tujuan utama Penemuan Dipandu adalah untuk menghasilkan minat dan gairah tentang sumber daya kelas dan membantu anak-anak menyelidiki penggunaan yang mungkin bagi mereka. Penemuan Yang dipandu juga menyediakan peluang untuk memperkenalkan kosa kata, menilai pengetahuan anak-anak lebih dulu, dan mengajarkan tanggung jawab dan materi terhadap materi pelajaran.
Suatu Penemuan Dipandu dapat menggunakan sekitar lima belas atau duapuluh menit. Tetapi minat dan gairah yang dihasilkan dan keterampilan yang anak-anak praktekan sebagai bantuan terhadap pelajaran akademis hari itu.


Pelatihan Guru-guru dalam Metode Pengajaran Praktek-Langsung

Sepanjang sejarahnya selama 10 tahun di Indonesia, IRD telah melatih guru-guru, pelatih-pelatih dari pemerintah, dan para staf sekolah untuk memasukkan metodologi pengajaran yang telah terbukti dan terbaik ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah pertama.
Pendekatan IRD
*
IRD menggunakan model pelatihan bertingkat yang berkelanjutan dan efektif, yang mengintegrasikan proyek ke dalam sistem pendidikan di tingkat nasional, propinsi dan kota/kabupaten.
*
IRD bekerja sama erat dengan para pejabat departemen pendidikan, pengawas, staf sekolah dan kepala sekolah untuk melatih guru-guru, menyediakan pendampingan pasca pelatihan, dan memantau pelaksanaan program secara efektif yang dilakukan oleh para guru.
*
 IRD berkolaborasi dengan program-program dan yayasan-yayasan yang telah ada untuk memperluas dampak serta memasukkan pendekatan-pendekatan yang berhasil ke dalam proyek-proyek IRD.
Mengembangkan Kapasitas Para Pelatih Nasional dan Daerah dari Pemerintah untuk Menjadi Pelatih Guru dan Mentor yang Efektif.
IRD menggunakan modul pelatihan bertingkat yang terdiri dari pelatihan bagi pelatih “inti” nasional, yang kemudian melatih para pelatih daerah, yang kemudian melatih para guru. Pada tahun 2007, IRD melatih 83 pelatih tingkat nasional mengenai pengajaran yang lebih baik dan teknik fasilitasi yang efektif, 37 pelatih mengenai modul-modul spesifik untuk mata pelajaran, 38 pelatih mengenai metodologi penilaian hasil belajar, 26 pelatih mengenai toolkit kecakapan hidup non kurikuler, dan 12 pelatih untuk menjalin kemitraan publik-swasta. IRD membagikan 1.510 modul kecakapan hidup dan 350 toolkit Kesempatan untuk Hidup, Belajar dan Bekerja kepada para pelatih agar dapat menggunakan alat-alat dan pendekatan-pendekatan yang telah dikembangkan oleh IRD bersama para guru yang berpartisipasi dalam proyek USAID Decentralized Basic Education 3 (DBE3). IRD merekrut kepala-kepala sekolah dan para pengawas sebagai para pelatih nasional dan daerah sehingga mereka dapat memperkuat penerapan yang memadai dari metode-metode kecakapan hidup yang dipelajari selama kunjungan-kunjungan pemantauan kelas. IRD juga mengundang yayasan-yayasan pendidikan swasta untuk berpartisipasi dalam lokakarya-lokakarya pelatihan bagi guru guna mendorong perluasan program ke sekolah-sekolah dan guru-guru non-DBE3. Pemerintah-pemerintah daerah di Kudus, Jepara, dan Boyolali telah mengalokasikan Rp. 300 juta untuk menduplikasi kegiatan-kegiatan tersebut di sekolah-sekolah selain sekolah sasaran. Yayasan Muhammadiyah telah mengadopsi pendekatan dan bahan-bahan yang digunakan oleh DBE3.
http://www.ird.or.id/images/stories/teacher11.jpg


Melatih Guru-guru Sekolah Menengah Pertama dalam Program Pelatihan Kecakapan Hidup yang Berjumlah 7 Modul.

IRD telah melatih 1.935 guru di Jawa Tengah untuk menggunakan tujuh modul pendidikan kecakapan hidup yang bertujuan memampukan siswa untuk belajar secara aktif, berpikir kritis, bekerja sama, dan
mengembangkan kecakapan personal, sosial, akademis, dan kejuruan yang dibutuhkan untuk kehidupan, pendidikan, dan pekerjaan di masa depan. Tiga modul dasar memfasilitasi guru semua mata pelajaran untuk mengintegrasikan strategi pembelajaran yang lebih baik, teknologi dan kecakapan hidup ke dalam kurikulum. Tiga modul mata pelajaran spesifik menyediakan contoh-contoh praktis bagi guru-guru PPKN, matematika dan bahasa Inggris mengenai bagaimana mereka dapat menggunakan informasi, orang-orang dan sumber-sumber daya yang ada dalam lingkungan mereka untuk meningkatkan perkembangan pengetahuan siswa dalam mata pelajaran tersebut serta kecakapan hidup siswa. Modul terakhir untuk penilaian berguna untuk mempersiapkan guru-guru dalam mengukur penyerapan kecakapan hidup yang diperolah siswa melalui penilaian formal dan informal. Berdasarkan kajian terhadap program kecakapan hidup yang dilaksanakan bulan Januari 2008, para siswa menjadi lebih antusias dalam belajar berkat metode aktif dan partisipatif yang digunakan para guru di dalam kelas.

Melatih Para Guru Sekolah Menengah Pertama mengenai Kecakapan Komputer Dasar.
IRD telah memfasilitasi pelatihan bagi 20 pelatih daerah di Jawa Tengah untuk menjadi master trainer yang memenuhi kualifikasi untuk menggunakan buku panduan “Getting Started”  keluaran Intel Corps, yang memberikan kecakapan komputer dasar kepada para guru. Sejumlah hampir 200 guru telah belajar menggunakan Excel, Microsoft Word, dan PowerPoint untuk keperluan administratif dan pengajaran. Para guru yang telah berpartisipasi dalam program ini sekarang merasa lebih percaya diri dan mampu menggunakan teknologi bersama para siswa mereka.

Melatih Para Guru Sekolah Dasar mengenai Pendekatan yang Aktif, Partisipatif, dan Terpadu
.
Melalui komponen pendidikan dasar dalam Proyek Peningkatan Kesehatan Sekolah (School Health Improvement Project (SHIP)), IRD memberdayakan guru-guru dari 50 sekolah dasar di seluruh Yogyakarta dengan memberikan pendekatan pembelajaran yang aktif, partisipatif dan terpadu. IRD melatih lebih dari 200 guru untuk menggunakan pendekatan belajar yang aktif dan menyenangkan dan memberikan kesempatan untuk praktik langsung sehingga menghasilkan perubahan yang berkelanjutan di dalam kelas. IRD memelopori suatu pendekatan yang memadukan kesehatan dalam tujuh mata pelajaran di kelas 4-6 SD dan melatih 20 orang guru. Kunjungan lapangan membuktikan bahwa pelatihan tersebut telah berhasil. Sekolah-sekolah dan pemerintah daerah di luar daerah proyek percontohan telah mulai mengadopsi pendekatan ini.
http://www.ird.or.id/images/stories/teacher1.jpg




 

Kamis, 17 April 2008

Metode Pengajaran John Dewey

Menurut John Dewey metode reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan –kesimpulan yang definitif melalui lima langkah.
1) Siswa mengenali masalah, masalah itu datang dari luar diri siswa itu sendiri.
2) Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisa kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya.
3) Lalu dia menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut. Dalam bertindak ia dipimpin oleh pengalamannya sendiri.
4) Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing.
5) Selajutnya ia mencoba mempraktekkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya terbaik Hasilnya akan membuktikan betul-tidaknya pemecahan masalah itu Bilamana pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan di cobanya kemungkinan yang lain sampai ditemuka pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah itulah yang benar, yaitu yang berguna untuk hidup.

Namun langkah-langkah ini tidak dipandang secara kaku dan mekanistis, artinya tidak mutlak harus mengikuti urutan seperti itu. Siswa bisa bergerak bolak-balik, antara masalah dan hipotesis ke arah pembuktian, ke arah kesimpulan dalam batas-batas aturan yang bervariasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan instruksional ini mirip dengan suatu penelitian ilmiah di mana suatu hipotesis dapat diuji dan dirumuskan. Selanjutnya Dewey menganjurkan agar bentuk isi pelajaran hendaknya dimulai dari pengalaman siswa dan berakhir pada pola struktur mata pelajaran. Dengan demikian jelas betapa pentingnya makna bekerja, karena bekerja memberikan pengalaman dan pengalaman memimpin orang berpikir sehingga dapat bertindak bijaksana dan benar. Pengalaman itu mempengaruhi budi pekerti. Ada pengalaman positif dan ada pengalaman negatif. Pengalaman yang positf adalah pengalaman yang benar, sebab faedahnya dapat diterapkan di dalam kehidupan. Sebaliknya, pengalaman negatif adalah pengalaman yang salah, merugikan atau menghambat kehidupan dan tak perlu dipakai lagi.

Metode Pembelajaran MIPA

Metode Pembelajaran - MIPA dikenal sebagai suatu bidang yang harus dipelajari di sekolah. Memang disadari kalau MIPA sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Kemajuan MIPA akan berdampak bagi kemajuan transformasi masyarakat yang juga berhubungan dengan ekonomi dan sosial suatu bangsa. Namun kenyataannya, belajar MIPA sebagai sesuatu yang membosankan. Bikin pusing karena harus menghafal rumus-rumus yang panjang sedangkan belum tahu gunanya untuk apa.

Memang, kegiatan pembelajaran MIPA beberapa daerah (bahkan beberapa negara) hanya mengajarkan asumsi-asumsi saja yang akhirnya melahirkan siswa yang tidak memiliki pemahaman dan pengertian tentang manfaat MIPA bagi kehidupannya. Siswa hanya menghafal rumus, istilah-istilah tanpa tahu guna dan aplikasinya di lingkungannya. Ruang belajar pun menjadi sempit karena hanya pada ruang kelas saja. Sehingga perlu ada sebuah pembelajaran MIPA berbasis budaya dimana siswa didorong untuk dapat memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitarnya, sebagai titik awal proses penciptaan makna.

Vygotsky dalam teori kontruktivismenya menjelaskan perlu adanya peran budaya dan masyarakat sebagai pengalaman awal proses belajar. Selanjutnya, Vygotsky juga menjelaskan penciptaan makna hanya akan terjadi melalui negosiasi makna antara siswa dengan guru dan siswa yang lain yang disebut dengan interaksi. Dengan demikian pembelajaran MIPA berdasarkan budaya memerlukan interaksi aktif dari siswa dan guru dengan berbagai sumber belajar dalam suatu komunitas budaya.

Akhirnya pembelajaran MIPA berdasarkan budaya mensyaratkan adanya perubahan tradisi pembelajaran yang semula hanya dilakukan dengan satu metode saja yaitu DECAFA (Dengar, Catat, Hafal) menjadi tradisi mengeksplorasi berbagai sumber belajar dalam suatu komunitas budaya. Bisa saja misalnya belajar MIPA sambil memasak, atau belajar MIPA dengan menggunakan metode permainan anak-anak, atau mungkin dengan musik.  Metode Pembelajaran

Bergantung dengan konteks dan keberagaman sumber belajar yang ada. Konsep penilaian hasil belajar pembelajaran MIPA berdasarkan budaya adalah multiple representations yang berarti hasil belajar siswa dinilai melalui beragam tekhnik dan alat ukur, siswa pun mengekspresikan keberhasilannya dalam berbagai bentuk. Misalnya, banyak siswa yang takut menghadapi tes, tetapi sangat baik dalam mengarang atau menulis prosa, atau bahkan dalam menggambar kartun/komik. 

Siswa diberi kebebasan dalam mengekspresikan hasil kegiatan belajarnya tersebut. Sebelumnya guru memang harus mengetahui titik awal ketika belajar dan titik akhir belajar setiap siswa per individu. Sementara itu, upaya siswa menunjukkan keberhasilannya dalam proses penciptaan makna tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara wujud media. Misalnya dengan poster, puisi, lukisan, komik strip, catatan harian, laporan ilmiah penelitian pribadi, ukiran, patung, dan lain-lain.

IPA sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses. Produk IPA terdiri atas fakta (misalnya: orang menghirup udara dan mengeluarkan udara dari hidungnya, biji kacang hijau muncul hipokotil dan epikotilnya dan akan bertambah panjang ukurannya saat ditanam pada kapas yang disiram air), konsep ( misalnya: udara yang dihirup ke dalam paru-paru lebih banyak kandungan oksigennya dibandingkan udara yang dikeluarkan dari paru-paru, logam memuai bila dipanaskan), prinsip (misalnya: kehidupan memerlukan energi, benda tak hidup tidak mengalami pertumbuhan), prosedur (misal, pengamatan, pengukuran, tabulasi data, analisis data) teori, (misalnya: teori evolusi, teori asal mula kehidupan), hukum dan postulat ( misal, hukum Boyle, Archimedes, Postulat Kock). Semua itu merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metoda ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah.


Ditinjau dari segi proses, maka IPA memiliki berbagai keterampilan IPA, misalnya: Metode Pembelajaran

  1. Menegidentifikasi dan menentukan variabel tetap/bebas dan variabel berubah/tergayut,
  2. Menentukan apa yang diukur dan diamati,
  3. Keterampilan mengamati menggunakan sebanyak mungkin indera (tidak hanya indera penglihat), mengumpulkan fakta yang relevan, mencari kesamaan dan perbedaan, mengklasifikasikan, 
  4. Keterampilan dalam menafsirkan hasil pengamatan seperti mencatat secara terpisah setiap jenis pengamatan, dan dapat menghubung-hubungkan hasil pengamatan,
  5. Keterampilan menemukan suatu pola dalam seri pengamatan, dan keterampilan dalam mencari kesimpulan hasil pengamatan, 
  6. Keterampilan dalam meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan hasil-hasil pengamatan, dan 
  7. Keterampilan menggunakan alat/bahan dan mengapa alat/bahan itu digunakan. Selain itu adalah keterampilan dalam menerapkan konsep, baik penerapan konsep dalam situasi baru, menggunakan konsep dalam pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, maupun dalam menyusun hipotesis.

 

Keterampilan IPA juga menyangkut keterampilan dalam berkomunikasi seperti : Metode Pembelajaran
  • Keterampilan menyusun laporan secara sistematis,
  • Menjelaskan hasil percobaan atau pengamatan,  
  • Cara mendiskusikan hasil percobaan,  
  • Cara membaca grafik atau tabel, dan 
  •   Keterampilan mengajukan pertanyaan, baik bertanya apa, mengapa dan bagaimana,

Maupun bertanya untuk meminta penjelasan serta keterampilan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Jika aspek-aspek proses ilmiah tersebut disusun dalam suatu urutan tertentu dan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi, maka rangkaian proses ilmiah itu menurut Towle menjadi suatu metode ilmiah.

Rezba dkk. Mendeskripsikan keterampilan proses IPA yang harus dikembangkan pada diri peserta didik mencakup kemampuan yang paling sederhana yaitu mengamati, mengukur sampai dengan kemampuan tertinggi yaitu kemampuan bereksperimen.

Menurut Bryce dkk. keterampilan proses IPA mencakup keterampilan dasar (basic skill) sebagai kemampuan yang terendah, kemudian diikuti dengan keterampilan proses (process skill). Sebagai keterampilan tertinggi adalah keterampilan investigasi (investigation skill).

Keterampilan dasar mencakup: 

  • Melakukan pengamatan (observational skill),
  • Mencatat data (recording skill), 
  • Melakukan pengukuran (measurement skill),  
  • Mengimplementasikan prosedur (procedural skill), dan 
  • Mengikuti instruksi (following instructions).


Keterampilan proses meliputi:  Metode Pembelajaran

  • Menginferensi (skill of inference) dan
  • Menyeleksi berbagai cara/prosedur (selection of procedures).

Keterampilan investigasi berupa keterampilan merencanakan dan melaksanakan serta
melaporkan hasil investigasi. Keterampilan tersebut juga harus didasari oleh sikap ilmiah seperti sikap antusias, ketekunan, kejujuran, dan sebagainya.

Mengingat dari perkembangan mental peserta didik SMP/MTs menurut Piaget,Carin dan Sund, sebagian besar pada taraf transisi dari fase konkrit ke fase operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mulai mampu berpikir abstrak. 

Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP terutama di kelas III hendaknya sudah mengenalkan peserta didik kepada kemampuan untuk mulai melakukan investigasi/ penyelidikan walaupun sifatnya masih sangat sederhana. Setidaknya, peserta didik sudah mulai dilatih untuk merencanakan pengamatan/percobaan sederhana, mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis berdasar pustaka bukan sekedar menurut dugaan yang rasional berdasar logika, mampu melakukan dan melaporkan percobaan/pengamatan baik secara tertulis maupun lisan.  Metode Pembelajaran

Jika hal seperti itu dibiasakan maka hasil belajar yang dapat dicapai benar-benar akan memuat unsur kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk peserta didik sekolah menengah dalam konteks melakukan penyelidikan/investigasi sederhana, peserta didik seharusnya sudah dilatih bagaimana ia harus mengorganisasi data untuk menjawab pertanyaan, atau bagaimana ia dapat mengorganisasi kejadian-kejadian untuk dijadikan alasan pembenar yang paling kuat. 

Selain itu, proses IPA juga mencakup kemampuan untuk mengkomunikasikan baik secara tertulis berupa pembuatan tulisan/karangan, pemberian label, menggambar, melengkapi peta konsep,mengembangkan/ melengkapi petunjuk kerja, membuat grafik dan mengkomunikasikan secara lisan kepada orang lain.

Menurut DES (Cavendish, at all) proses IPA untuk sekolah menengah sudah berbeda dengan sekolah dasar, yaitu meliputi: 

Kegiatan melakukan observasi,
 
  1.  Memilih kegiatan observasi yang relevan dengan investigasi/penyelidikannya untuk dipelajari lebih lanjut,  
  2. Menemukan dan mengidentifikasi pola-pola baru dan menghubungkannya dengan pola-pola yang sudah ada, 
  3. Menyarankan dan menilai penjelasan-penjelasan dari pola-pola yang ada, 
  4. Mendesain dan melaksanakan percobaan, termasuk melakukan berbagai pengukuran untuk menguji pola-pola yang ada, mengkomunikasikan (baik secara verbal, dalam bentuk matematika, atau grafik) dan menginterpretasi tulisan-tulisan dan bahan ajar lainnya,
  5. Memakai peralatan dengan efektif dan hati-hati,  
  6. Menggunakan pengetahuan untuk melaksanakan investigasi, 
  7. Menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan problem-problem yang berkait dengan teknologi.

Mengingat demikian luasnya kawasan kajian keilmuan IPA berdasar ragam obyek, ragam tingkat organisasi, dan ragam tema persoalannya, maka dalam membelajarkan peserta didik untuk menguasai IPA bukan pada banyaknya konsep yang harus dihafal, tetapi lebih kepada bagaimana agar peserta didik berlatih menemukan konsep-konsep IPA melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah, dan peserta didik dapat melakukan kerja ilmiah, termasuk dalam hal meningkatkan kreativitas dan mengapresisasi nilai-nilai. Metode Pembelajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar